About

BTemplates.com

Gambar tema oleh Storman. Diberdayakan oleh Blogger.

Text Widget

Text Widget

Pengikut

Total Tayangan Halaman



Labels


Label

Cari Blog Ini

Popular Posts

Laman

BTemplates.com

Download

Pages - Menu

Featured Posts

Rabu, 11 Mei 2016

Training Youth Initiative and Civic Engagement (YICE) By Pamflet and UNESCO @Jakarta

- 1 komentar



Yuhuhu... sudah lama blog saya mati suri dan akhirnya bisa posting tulisan lagi. Kali ini saya ingin berbagi pengalaman tentang Youth Inniatives and Civic Engagement (yang diadakan oleh PAMFLET, Sekitarkita, dan UNESCO. Nah, jangan kira pamflet itu sejenis kertas selebaran yang dibagi-bagiin buat promosi produk dan jasa ya. Pamflet yang ini beda dan BEYOND!  Pamflet  adalah.... (silahkan lihat gambar di bawah ini) 
                                Sumber gambar: http://pamflet-info.tumblr.com/
Udah jelas kan apa itu Pamflet?  Nah, saya mau ngucapin terima kasih banyak pada sobat Pamflet yang udah memberi saya kesempatan untuk mengikuti pelatihan inisiatif anak muda pada tanggal 15 sampai 19 Februari 2013. Disana, saya jadi dapat  ilmu, teman, dan pengalaman baru. Pelatihannya gratis+makanan bergizi dan lezat+uang Transport taxi dari bandara kelokasi PP + Tiket Pesawat PKU-JKT -  JKT - PKU PP+tidur di penginapan galeri 678 Kemang - Jakarta selatan yang nyaman. Mantaaaap! Jangan ngiri lu pade ye.. (heheu)
Rasanya beruntung banget bisa ikut gabung di pelatihan ini. Bayaningin aja, yang ikut pelatihan ini cuma 25 orang yang  disaring dari 1035 pendaftar. Saya merasa senang, terharu biru, tersedu-sedan bisa menjadi salah satu peserta yang terpilih (Maap..lg LEBAY). Nama saya ada diurutan ke 25
                                              Sumber gambar : http://pamflet-info.tumblr.com/
  
However, that is not the main point! Yang paling penting adalah ilmu yang saya dapatkan selama pelatihan ini. YICE berlangsung selama 5 hari di Galeri 678 Kemang dan 1 hari Konsultasi Nasional di Akmani Hotel. Daripada berlama-lama mending langsung aja saya ceritakan ya. Let’s check it out!
Hari Pertama
Hari pertama ini selayaknya malam pertama (ups... emangnya udah pernah ya?). Para peserta masih malu-malu tapi pingin àdiajak kenalan. Setelah sesi perkenalan, diikuti oleh sharing session tentang harapan para peserta selama mengikuti training dan pembuatan peraturan. Lalu, acara YICE dibuka oleh Mr. Michael dan Mr. Charaf dari UNESCO.
Kak Aquino, sebagai Founder-nya Pamflet, mengisi sesi pertama  tentang permasalahan sosial  di sekitar kita. Contohnya, fenomena anak jalanan dan perkosaan perempuan di angkot. Para peserta  berusaha mengidentifikasi akar masalah dan solusi yang ditawarkan untuk mengatasi hal-hal tersebut. Diskusi yang aktif diantara para peserta membuat sesi ini bertambah seru dan hidup. 
Setelah itu, para peserta bermain game strata sosial. Disana, setiap peserta memiliki peran masing-masing. Ada yang jadi wong sugih (orang kaya), wong menengah (orang menengah), dan wong melarat (orang miskin). Apesnya, saya kebagian jadi petani yang punya 4 anak, 1 istri,  1 petak sawah dan uang pas-pasan. Otomatis, saya masuk kategori wong melarat yang berjuang untuk nyari uang (poin). Meski hanya main game, saya agak kesulitan dapat uang karena sudah dikuasai oleh wong sugih dan wong menengah.
Hehe... meski cuma permainan, tapi ini nampol-nampol (nampar-nampar) pipi kita lo saudara-saudara. Betapa kita selama ini sering terkungkung oleh struktur dan sistem yang dibuat oleh pemegang kekuasaan. Trus kita gak berdaya dan seringkali nurut saja.  Padahal hal ini sangat merugikan kita semua.
“Oleh karena itu, gerakan sosial sangat diperlukan untuk mengubah struktur sosial di masyarakat”, kata kak Aquino.
Setelah game ini selesai, ada presentasi dari setiap grup. Para peserta berusaha mengidentifikasi mengapa orang kaya tetap kaya, orang misin tetap miskin, apa akar masalahnya, dan solusinya. Banyak refleksi dan hikmah yang saya dapatkan dari game ini. Contohnya, kenapa orang miskin gak bisa menambah penghasilan mereka. Ya mungkin karena harus menghidupi banyak anak dan kurang berusaha.
Lanjuuut.... sesi kedua oleh Pak Charaf dan Pak Michael dari UNESCO. Mereka ingin mendengarkan dari para peserta YICE tentang apa yang diinginginkan oleh Bangsa  Indonesia setelah tahun 2015. Hal ini dalam rangka evaluasi Millenium Development Goals yang biasa disingkat MDGs. Oh ya, sebelumnya sudah tahu tentang MDGs apa belum, ya? Well, MDGs yaitu gol yang ingin dicapai oleh UNESCO sebelum tahun 2015. Contohnya Pendidikan untuk semua, konservasi lingkungan,kesehatan ibu dan bayi, kesetaraan jender, dan masih banyak lagi. 
“We want to know what goverment has done, what hasn’t done, what should be done “ said Pak Michael.
(Kita pingin tahu apa yang sudah dilakukan pemerintah, apa yang belum, dan apa yang harus dilakukan?, kata Pak Michael)
Pada intinya, mereka pingin tahu dari para peserta tentang kemajuan yang telah diperoleh, evaluasi, dan konsultasi tentang MDGs. Mereka bertanya tentang apa saja yang ingin dicapai oleh orang Indonesia di masa mendatang. Diskusi dengan Pak Charaf dan Pak Michael lumayan menyenangkan, tapi aksen Bahasa Inggrisnya agak susah saya ikuti. Hehe, tapi tetep ngerti dikit-dikit koq. Eh enggak lumayan banyak deng..  (Apa sih ema... galau baget deh...).
Setelah pembahasan tentang MDGs, para peserta diberi arahan bagaimana membuat rencana aksi (action plan). Pada intinya membuat rencana aksi harus mengacu pada kebutuhan masyarakat, terstruktur, fokus dan berdasarkan RISET. Jadi, rencana aksi kita gak sia-sia, tepat sasaran, dan memberikan impact pada masayarakat. Ngebuat rencana aksi gak bisa sembarangan bro.. sis.. Karena ada rumusnya yaitu ; SMART. Spesific (spesifik), Measurable (dapat diukur), Achieveble ( dapat diraih), Realistic (realistis), dan Timebound (ada tenggang waktunya).
Woosahh... buat rencana aksi menurut saya lumayan ribet tapi tetep fun. Karena ada banyak hal yang harus dipertimbangkan. Rencana aksi haruslah dimulai dari identifikasi masalah sosial yang terjadi, struktur, akar masalah, agensi utama, interaksi agensi, dan solusi. Nah loh.. nah loh.. ngerti gak loe? Hehe..
Hari pertama dijalani dengan lancar, lalu diakhiri dengan sesi “Kepemudaan dalam Sejarah Indonesia” oleh kak Aria W. Yudhistira. Ya, inti dari sesi ini yaitu pemuda sebagai agen perubahan di tiap zaman.  Coba kita flashback lagi dalam sejarah Boedi Oetomo, Sumpah Pemuda, Pemuda Orde Baru, dan Pemuda tahun ’45 yang revolusioner dan penuh vitalitas. Betapa mereka sangat gigih dan kekeuh dalam zaman penjajahan yang serba susah.
“Ciri khas pemuda tahun ‘20 itu suka berdebat dan membaca. Mereka kalau debat bisa 3 hari 3 malam. Kalau kalah debat, pulang lagi ke rumah untuk baca lebih banyak buku,” kata Kak Aria
Ce’ileh... kalau saya  baca buku 1 lembar saja kadang sudah ngantuk, apalagi kalau gak ada gambarnya. Haha. Setelah itu, Kak Aria membahas tentang kondisi pemuda ’45, pemuda pada masa orde baru, dan perbedaan definisi remaja, alay, dan pemuda. Nah... sesi ini yang agak mengundang tanya dan perdebatan. Tapi tetap seru dan penuh khasanah ilmu. Acara hari pertama berakhir dengan sukses dan lumayan capek. 
  Bersama Kak Aria (tengah atas), Sobat Pamflet, dan teman-teman
                                                   Sumber  foto : Imam FR Kusumanginati
Hari Kedua
Seperti biasa, acara dimulai dengan ice breaking dan refleksi hari pertama. Sesi ini lumayan seru dan melepas penat saya di pagi hari sehingga lebih bersemangat untuk mengikuti YICE  di hari kedua ini. Sesi pertama dimulai oleh sesi Aktivisme. Disini setiap peserta dapat berbagi semu hal yang mereka lakukan untuk perubahan sosial. Salah satunya si Donie, dari Bali, dengan komunitas Anak Alam. Komunitas ini fokus kepada pendidikan anak-anak sekolah di desa-desa terpencil di Bali. Mereka berusaha menularkan kesadaran untuk berbagi  dan memperjuangkan kesetaraaan fasilitas pendidikan di desa terpencil.
Ada lagi, mbak siapa ya namanya... (maap lupa). Dia menceritakan tentang perjuangannya dan organisasinya dalam memutus “lingkaran setan” di daerahnya. Banyak ibu-ibu di daerahnya pergi mencari nafkah di negeri orang (TKW), para suami hanya diam di rumah dan bertumpu pada hasil panen, dan anak-anak mereka dititipkan pada neneknya. Hal ini terjadi berulang-ulang dari generasi ke generasi. Saya yang mendengar hanya bisa mengelus dada, semoga perjuangan mbak membuahkan hasil ya. Pokoknya, sharing dengan para peserta sangat menyentuh dan penuh dengan unsur “perjuangan” dan “pengorbanan”. Hiks..hiks.. 
Oh ya, selain nangis bombay,  ada yang spesial di hari kedua ini lo... yaitu game unik yang sampai sekarang saya selalu terpingkal-pingkal kalau mengingatnya. Game-nya ada dua; yaitu “ mengambil coklat “ dan “ labelling “. 
Game yang pertama yaitu “mengambil coklat”. Peserta dibagi dalam beberapa grup. Tugas grup adalah berusaha melindungi coklat yang berada di tengah-tengah mereka. Tantangannya, coklat dari tiap grup akan berusaha diambil oleh satu orang dari luar grup mereka. Alhasil, banyak coklat yang terambil dengan cara merampas, bukan meminta dengan baik-baik. Refleksi dari game ini, terkadang kita lemah dalam melindungi kekayaan alam kita, sementara orang-orang dari luar selalu berusaha merebutnya dengan cara yang illegal.
Game yang kedua yaitu labelling. Setiap peserta ditempel beberapa tulisan di dahi mereka, tetapi mereka tidak boleh tahu tulisan apa yang tertempel disana. Setiap peserta harus mencari tahu siapa mereka melalui penjelasan dari peserta lainnya. Yah... saya heran ketika peserta lain melihat tulisan yang ada di dahi saya, mereka tertawa terpingkal-pingkal. Saya bertanya pada mereka.. siapa saya? Lagi-lagi mereka hanya tertawa dan tidak bisa menjelaskan tulisan apa yang ada di dahi saya. 
Karena tidak sabar dan kepo, saya langsung saja membaca tulisan di dahi saya. Alhasil, tulisan yang tertempel di dahi saya adalah “Orang Cabul”. Saya tertawa sendiri dan bisa menyimpulkan ketika teman saya berinisial “R” memberi penjelasan dengan gaya “ push” ke depan dan belakang. Refleksi dari game ini, jangan suka melabeli seseorang dengan hal-hal negatif seperti stereotype (menganggap negatif orang dari suku atau etnis tertentu) dan prejudice (buruk sangka) karena hal-hal tersebut dapat memicu disintegrasi bangsa.
Setelah game seru ini selesai, sesi selanjutnya adalah Resouce Mobilization oleh Bapak Eko Komara. Beliau membahas tentang sumber daya apa saja yang dapat dimaksimalkan untuk memaksimalkan inisiatif anak muda.Sumber daya  tersebut dapat berupa manusia dan barang. Kalau manusia, sumber dayanya adalah kemampuan, pengetahuan, dan konsep yang mereka miliki. Tapi kalau barang, bisa berupa uang, informasi, benda material, dan energi. 
Dari penjelasan beliau, saya mendapatkan banyak pengetahuan baru tentang apa itu BCO, NGO, LSM, community Foundation, dll. Beliau memberikan wejangan tentang pentingnya membangun organisasi yang membuat para anggotanya bangga. Jangan membentuk organisasi yang orientasinya uang dan cenderung terburu-buru untuk ekspansi tanpa menguatkan bagian dalam tim. Beliau juga mengingatkan tentang pengelolaan voluntir. Seringkali, para voluntir dilupakan dalam struktur organisasi.
“Para voluntir harus  diberi tugas supaya gak pergi, mengelola organisasi itu adalah seni, “ kata Pak Eko.
Setelah sesi dengan Pak Eko selesai, lanjut pembahasan tentang HAM, Gender, dan Diskriminasi oleh kak Aquino. Di sesi ini, Kak Aquino membahas tentang apa itu HAM. Beliau memaparkan bahwa Ham adalah hak yang dimiliki oleh setiap orang akibat kecendrungan baik. Seperti yang kita lihat, manusia cenderung menjaga keberlangsungan hidupnya, menghisap energi lain, selalu rindu untuk tumbuh, dan cenderung menyatu dan memisahkan diri. Kecendrungan manusia itu dapat menjamin pengakuan, penghargaan, dan perlindungan. Pelanggaran HAM hanya terjadi hubungannya antara negara dan warga negara. 
Sesi pembahasan HAM diakhiri dengan kompetisi debat oleh 3 kelompok berbeda. Mereka harus memilih beberapa hak asasi yang telah ditempel di papan. Hak asasi disini contohnya hak untuk berekspresi, hak untuk bebas dari hukuman mati, hak mendapatkan pendidikan hingga minimal SMA, dll. Menurut saya, sesi terakhir ini adalah yang paling seru, karena grup saya mampu mempertahankan hak-hak asasi yang telah dipilih dan menjawab semua pertanyaan dengan logis. Alhasil, grup 3 menjadi pemenangnya...  yeah!!
Hari Ketiga
Hari ketiga gak kalah seru... peserta YICE dan panitia bersiap untuk ke Sanggar Anak Akar di daerah dekat Cawang. Saat masuk ke sanggar Anak Akar ini, kami disambut oleh tarian Saman. Jujur, saya sangat terpukau oleh kreativitas Sanggar Anak Akar. Mereka sangat lihai dalam menyanyi dan menari. Setelah menikmati penampilan dari mereka, para peserta YICE dan panitia bersiap ke lantai atas. Disana, kami semua dapat bertanya apapun mengenai  Sanggar Anak Akar. 
FYI, Sanggar Anak Akar  adalah wadah untuk menampung kreativitas anak jalanan. Sudah menampung sekitar 200 anak dan 30 lainnya diasramakan. Disini, setiap anak dibekali hard skill dan soft skill. Perkembangan dan kelanjutan setiap anak selalu dipantau dan tidak dilepas begitu saja setelah keluar dari Sanggar Anak Akar.  Sayangnya, sanggar ini akan digusur untuk pembangunan tol Cawang. Oleh karena itu, mereka melakukan fund raising berupa pertunjukan drama musikal supaya bisa membeli sebidang tanah sebagai tempat yang baru.

                                                  Kunjungan ke Sanggar Anak Akar
                                                       Sumber foto : Afra Suci
Sharing session dan tanya jawab dengan para pengurus Sanggar Anak Akar sudah selesai, lalu geng 678 turun ke lantai bawah lagi untuk melihat drama musikal yang dilakukan oleh Sanggar Anak Akar. Wow... mereka sangat memukau. Mereka berakting, menari, dan menyanyi dipadu dengan dentuman musik yang harmonis. Setelah pertenjukan selesai, para penonton  memberikan tepuk tangan . Yup,  ada sedikit tanya jawab langsung ke anak-anak Sanggar. Setelah tanya jawab selelsai, para peserta YICE  pamit pulang untuk kembali ke galeri 678 Kemang.
Sesampainya di galeri 678, para peserta menikmati coffee break dan dilanjutkan pembahasan tentang social media oleh Pak Donny . Beliau  memiliki organisasi bernama “Internet  Sehat” dengan taglineWise While Online, Think Before Posting “ (bijak saat online, pikir dulu sebelum posting). Pak Donny juga memberikan info-info mengenai  riset seputar internet di Indonesia. Bayangkan saja, ada 61,1 juta pengguna internet di Indonesia dan 3,7 juta bloggers. Hal ini tentunya sangat bagus untuk memperkuat jaringan dan memulai gerakan perubahan sosial melalui internet.
Lanjut  mbak Maryam yang menjelaskan tentang advokasi kebijakan. (ada yang tahu apa itu Advokasi Kebijakan? hehe) Advokasi Kebijakan adalah perlawanan terhadap suatu kebijakan secara sistematis dan terorganisir. Jadi, kalau ada kebijakan pemerintah yang dirasa kurang bijak, rakyat bisa mengajukan advokasi kebijakan. Tapi advokasi kebijakan gak bisa selonong boy aja. Ada langkah-langkahnya, strategi dan medianya. Langkah-langkah proses legislasi kebijakan ada step-stepnya yaitu: proses legislasi perencanaan-penyusunan-pembahasan dan pengesahan-pengundangan-penyebarluasan.
Hmm... Hari ketiga telah dilalui dengan lancar, banyak hal baru yang membuka wawasan saya. Mulai dari kunjungan ke Sanggar Anak Akar, Internet sehat oleh Pak Donny, hingga advokasi kebijakan yang dibawakan oleh Bu Maryam. Semoga ilmu yang saya dapatkan memberikan manfaat dan bisa saya aplikasikan di kehidupan sehari-hari.
Hari Keempat
Yeah... di hari yang keempat ini,  ada konsultasi nasional yang digelar di Akmani Hotel, Jakarta. Saya, Aziz, Elin, dan Fidia bersama geng 678 lainnya bersiap-siap untuk  menuju ke tempat tujuan. Sayangnya, jalanan sempat macet dan membuat saya dan kawan-kawan setaksi agak keki. Heheu. Tak apelah.. latihan sabar itu namanya. Akhirnya, setelah hampir 2,5 jam di jalanan, kami sampai dan bersiap menuju ke ruang pertemuan.
Di ruang pertemuan ini, banyak wakil-wakil dari organisasi pemuda, UNESCO, UNFPA, dan dari pemerintahan yang hadir. Disana dibahas tentang partisipasi anak muda dalam mekanisme pemerintahan. Sudah bukan saatnya lagi, pemuda dianggap sebagai masalah oleh pemerintah. Sebaliknya,pemuda adalah aset negara yang dapat diberdayakan sebagai promotor bagi perubahan sosial.
Dalam forum tersebut, sobat pamflet juga menyampaikan hasil penelitian mereka tentang organisasi pemuda yang ada di Indonesia. Mereka melihat bahwa pemerintah masih belum bisa memenuhi kebutuhan yang diperlukan oleh pemuda di Indonesia. Masalah utama terletak dari hal-hal yang hanya didasarkan oleh asumsi sepihak. Selain itu, dukungan pemerintah terhadap anak muda masih dirasa kurang. Terlebih lagi berkembangnya apatisme dalam ranah politik di kalangan pemuda Indonesia.
Sobat Pamflet juga memaparakan tentang kondisi anak muda yang ada di Papua. Organisasi anak muda di Papua masih berbasis agama dan politik dan sulit untuk berkolaborasi. Jumlah penerita HIV AIDS masih tinggi dan banyak yang tidak melanjutkan pendidikan. Kurangnya inisiatif dari pemuda di Papua juga amat minim, sehingga perkembangan anak muda di Papua kurang terlihat secara signifikan.
Selama  mendengarkan riset dari sobat Pamflet, saya merasa bahwa penelitian mereka sangat merefleksikan kondisi anak muda yang ada di Indonesia dan patut menjadi acuan pemerintah untuk membuat undng-undang kepemudaan. Selain konsultasi nasional, para peserta juga terlibat aktif dalam sesi Focus Group Discussion. Dalam sesi FGD, para peserta diminta untuk mengidentifikasi  masalah sosial yang terjadi di masyarakat,  penyebab terjadinya, serta solusi yang ditawarkan. Hasil dari pertemuan  di forum ini akan dilaporkan dalam pertemuan para stakeholders di Bali.
Di akhir sesi acara, para peserta juga menyempatkan untuk berfoto ria bersama dengan teman-teman yang lainnya.
 
                                                          National Meeting at Akmani Hotel
                                                Sumber gambar : Diba Saftri
Hari Kelima
Hari kelima berarti hari terakhir dari rangkaian acra YICE. Seluruh peserta harus mempresentasikan rencana aksi mereka pada pihak UNESCO dan sobat Pamflet. Segera saja, saya memaparkan rencana aksi saya pada mbak Afra dan mbak Raviola dari Pamflet serta Pak Charaf, Pak Richard, dan In Young dari UNESCO. Mereka memberikan masukan dan saran untuk rencana aksi saya.
Oh ya, ada satu lagi yang berkesan di hari terakhir ini. Setiap peserta dapat menempelkan pesan dan kesan pada peserta yang lainnya. Nah.. ini dia pesan dan kesan dari teman-teman untuk saya..
                                                        Sumber foto: Aquino Hayunta
Alhamdulillah.. acara demi acara YICE telah saya lalui dengan lancar. Sebelum pulang ,saya menyempatkan diri untuk berpamitan dengan peserta lainnya. Meski badan terasa pegal, tapi semua itu terbayarkan dengan pengalaman yang saya dapatkan di YICE ini.
RT : Ema Julian

Media Pembelajaran Akidah Akhlak - Fakultas Tarbiyah - PGMI

- Tidak ada komentar
Tugas Kelompok
Pembelajaran Akidah Akhlak
Di Susun Oleh
Kelompok VI
1. Muhammad hanafi
Dosen Pengampu :
  Bapak ARMIZI. S,Pdi, M.A
PGMI A / Semester V
STAI AULIAURRASYIDIN TEMBILAHAN
2012
BAB I

PENDAHULUAN

            Pembelajaran adalah suatu kegiatan yang bernilai edukatif. Nilai edukatif mewarnai interaksi yang terjadi antara guru dan anak didik. Interaksi yang bernilai edukatif dikarenakan kegiatan pembelajaran yang dilakukan diarahkan untuk mencapaitujuan tertentu yang telah dirumuskan sebelum pengajaran dilakukan. Guru dengan sadar melakukan kegiatan pengajarannya secara sistematis dengan memanfaatkan segala sesuatunya guna kepentingan pengajaran.

            Harapan yang tidak pernah sirna dan selalu guru tuntut adalah bagaimana bahan pelajaran yang disampaikan guru dapat dikuasai anak didik secaratuntas. Ini merupakan masalah yang cukupsulit yang dirasakan oleh guru. Kesulitan itu dikarenakan anak didik bukan hanya sebagai individu dengansegala keunikannya, tetapi mereka juga sebagai makhluk social dengan latar belakang yang berbeda. Paling sedikit ada tiga aspek yang membedakan anak didik satu dengan yang lainnya, yaitu aspek intelektual, psikologis, dan biologis.

            Ketiga aspek tersebut diakui sebagai akar permasalahan yang melahirkan bervariasinya sikap dan tingkah lakuanakdidik disekolah. Halitu pula yang menjadikan berat tugas guru dalam menglola kelas dengan baik. Keluhan-keluhan guru sering terlontar hanya karena masalah sukarnya mengelola kelas. Akibat kegagalan guru mengelola kelas,tujan pengajaran pun sukar untuk dicapai. Hal ini kiranya tidak perllu terjadi, karena usaha yang dapat dilakukanmasih terbuka lebar. Salah satu caranya adalah dengan meminimalkanjumlah anak didik di kelas. Meaplakasikan beberapa prinsip pengelolaan kelas. Kelasadalah upaya lain yang tidak bisa diabaikkan begitu saja. Pendekatan terpilih mutlak dilakukan guna mendukung pengelolaan kelas. Disamping itu juga, perlu memanfatkan beberapa media pendidikan yang telah ada dan mengupayakan pengadaan media pendidikan baru demi terwujudnya tujuan bersama


BAB II

PEMBAHASAN

1. PENGERTIAN MEDIA PEMBELAJARAN
            Kata media berasal dari bahasa Latin medio? Dalam bahasa Latin, media dimaknai sebagai antara. Media merupakan bentuk jamak dari medium, yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Secara khusus, kata tersebut dapat diartikan sebagai alat komunikasi yang digunakan untuk membawa informasi dari satu sumber kepada penerima. Dikaitkan dengan pembelajaran, media dimaknai sebagai alat komunikasi yang digunakan dalam proses pembelajaran untuk membawa informasi berupa materi ajar dari pengajar kepada peserta didik sehingga peserta didik menjadi lebih tertarik untuk mengikuti kegiatan pembelajaran
Satu hal yang perlu diingat bahwa peranan media tidak akan terlihat apabila penggunaannya tidak sejalan dengan isi dan tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan. Secanggih apa pun media tersebut, tidak dapat dikatakan menunjang pembelajaran apabila keberadaannya menyimpang dari isi dan tujuan pembelajarannya.
            Kata media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan minat serta perhatian siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi (Sadiman,2002:6).
Latuheru(1988:14), menyatakan bahwa media pembelajaran adalah bahan, alat, atau teknik yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar dengan maksud agar proses interaksi komunikasi edukasi antara guru dan siswa dapat berlangsung secara tepat guna dan berdaya guna.
Berdasarkan definisi tersebut, media pembelajaran memiliki manfaat yang besar dalam memudahkan siswa mempelajari materi pelajaran. Media pembelajaran yang digunakan harus dapat menarik perhatian siswa pada kegiatan belajar mengajar dan lebih merangsang kegiatan belajar siswa.
2. JENIS-JENIS MEDIA PEMBELAJARAN
            Media pembelajaran banyak jenis dan macamnya. Dari yang palng sederhana dan murah hingga yang canggih dan mahal. Ada yang dapat dibuat oleh guru sendiri dan ada yang diproduksi pabrik. Ada yang sudah tersedia di lingkungan untuk langsung dimanfaatkan dan ada yang sengaja dirancang.
Berbagai sudut pandang untuk menggolongkan jenis-jenis media.
Rudy Bretz (1971) menggolongkan media berdasarkan tiga unsur p
okok (suara, visual dan gerak):
1.      Media audio
2.      Media cetak
3.      Media visual diam
4.      Media visual gerak
5.      Media audio semi gerak
6.      Media visual semi gerak
7.      Media audio visual diam
8.      Media audio visual gerak
Anderson (1976) menggolongkan menjadi 10 media:
1.      audio    : Kaset audio, siaran radio, CD, telepon
2.      cetak    : buku pelajaran, modul, brosur, leaflet, gambar
3.      audio-cetak    : kaset audio yang dilengkapi bahan tertulis
4.      proyeksi visual diam    : Overhead transparansi (OHT), film bingkai(slide)
5.      proyeksi audio visual diam    : film bingkai slide bersuara
6.      visual gerak        : film bisu
7.      audio visual gerak        : film gerak bersuara, Video/VCD, Televisi
8.      obyek fisik        : Benda nyata, model, spesimen
9.      manusia dan lingkungan        : guru, pustakawan, laboran
10.   komputer        : CAI
            Schramm (1985) menggolongkan media berdasarkan kompleksnya suara, yaitu: media kompleks (film, TV, Video/VCD,) dan media sederhana (slide, audio, transparansi, teks). Selain itu menggolongkan media berdasarkan jangkauannya, yaitu media masal (liputannya luas dan serentak / radio, televisi), media kelompok (liputannya seluas ruangan / kaset audio, video, OHP, slide, dll), media individual (untuk perorangan / buku teks, telepon, CAI).
Henrich, dkk menggolongkan:
1.      media yang tidak diproyeksikan
2.      media yang diproyeksikan
3.      media audio
4.      media video
5.      media berbasis komputer
6.      multi media kit.
Pada makalah ini, media akan diklasifikasikan menjadi media visual, media audio, dan media audio-visual.
jenis media belajar, diantaranya:
1.    Media Visual : grafik, diagram, chart, bagan, poster, kartun, komik
2.    Media Audial : radio, tape recorder, laboratorium bahasa, dan sejenisnya
3.    Projected still media : slide; over head projektor (OHP), LCD Proyektor dan sejenisnya
4.    Projected motion media : film, televisi, video (VCD, DVD, VTR), komputer dan sejenisnya.
5.    Study Tour Media : Pembelajaran langsung ke obyek atau tempat study seperti Museum, Candi, dll.
            Sejalan dengan perkembangan IPTEK penggunaan media, baik yang bersifat visual, audial, projected still media maupun projected motion media bisa dilakukan secara bersama dan serempak melalui satu alat saja yang disebut Multi Media. Contoh : dewasa ini penggunaan komputer tidak hanya bersifat projected motion media, namun dapat meramu semua jenis media yang bersifat interaktif.
            Allen mengemukakan tentang hubungan antara media dengan tujuan pembelajaran, sebagaimana terlihat dalam tabel di bawah ini :
Jenis Media  
                        1    2    3    4    5    6
Gambar Diam  
                     S    T    S    S    R  R
Gambar Hidup    
                  S    T    T    T    S   S
Televisi  
                               S    S    T    S    R   S
Obyek Tiga Dimensi  
          R    T    R    R    R  R
Rekaman Audio    
               S    R    R    S    R   S
Programmed Instruction    
  S    S    S    T    R   S
Demonstrasi    
                     R    S    R    T    S   S
Buku teks tercetak    
           S    R    S    S    R   S
Keterangan :
R = Rendah S = Sedang T= Tinggi
1 = Belajar Informasi faktual
2 = Belajar pengenalan visual
3 = Belajar prinsip, konsep dan aturan
4 = Prosedur belajar
5= Penyampaian keterampilan persepsi motorik
6 = Mengembangkan sikap, opini dan motivasi

            Kriteria yang paling utama dalam pemilihan media bahwa media harus disesuaikan dengan tujuan pembelajaran atau kompetensi yang ingin dicapai. Contoh : bila tujuan atau kompetensi peserta didik bersifat menghafalkan kata-kata tentunya media audio yang tepat untuk digunakan. Jika tujuan atau kompetensi yang dicapai bersifat memahami isi bacaan maka media cetak yang lebih tepat digunakan. Kalau tujuan pembelajaran bersifat motorik (gerak dan aktivitas), maka media film dan video bisa digunakan. Di samping itu, terdapat kriteria lainnya yang bersifat melengkapi (komplementer), seperti: biaya, ketepatgunaan; keadaan peserta didik; ketersediaan; dan mutu teknis.
A. MEDIA VISUAL
1.      Media yang tidak diproyeksikan
a.    Media realia adalah benda nyata. Benda tersebut tidak harus dihadirkan di ruang kelas, tetapi siswa dapat melihat langsung ke obyek. Kelebihan dari media realia ini adalah dapat memberikan pengalaman nyata kepada siswa. Misal untuk mempelajari keanekaragaman makhluk hidup, klasifikasi makhluk hidup, ekosistem, dan organ tanaman.
b.    Model adalah benda tiruan dalam wujud tiga dimensi yang merupakan representasi atau pengganti dari benda yang sesungguhnya. Penggunaan model untuk mengatasi kendala tertentu sebagai pengganti realia. Misal untuk mempelajari sistem gerak, pencernaan, pernafasan, peredaran darah, sistem ekskresi, dan syaraf pada hewan.
c.    Media grafis tergolong media visual yang menyalurkan pesan melalui simbol-simbol visual. Fungsi dari media grafis adalah menarik perhatian, memperjelas sajian pelajaran, dan mengilustrasikan suatu fakta atau konsep yang mudah terlupakan jika hanya dilakukan melalui penjelasan verbal. Jenis-jenis media grafis adalah:
1)      gambar / foto: paling umum digunakan
2)      sketsa: gambar sederhana atau draft kasar yang melukiskan bagian pokok tanpa detail. Dengan sketsa dapat menarik perhatian siswa, menghindarkan verbalisme, dan memperjelas pesan.
3)      diagram / skema: gambar sederhana yang menggunakan garis dan simbol untuk menggambarkan struktur dari obyek tertentu secara garis besar. Misal untuk mempelajari organisasi kehidupan dari sel samapai organisme.
4)      bagan / chart : menyajikan ide atau konsep yang sulit sehingga lebihmudah dicerna siswa. Selain itu bagan mampu memberikan ringkasan butir-butir penting dari penyajian. Dalam bagan sering dijumpai bentuk grafis lain, seperti: gambar, diagram, kartun, atau lambang verbal.
5)      grafik: gambar sederhana yang menggunakan garis, titik, simbol verbal atau bentuk tertentu yang menggambarkan data kuantitatif. Misal untuk mempelajari pertumbuhan.
2.      Media proyeksi
1.      Transparansi OHP merupakan alat bantu mengajar tatap muka sejati, sebab tata letak ruang kelas tetap seperti biasa, guru dapat bertatap muka dengan siswa (tanpa harus membelakangi siswa). Perangkat media transparansi meliputi perangkat lunak (Overhead transparancy / OHT) dan perangkat keras (Overhead projector / OHP). Teknik pembuatan media transparansi, yaitu:
-          Mengambil dari bahan cetak dengan teknik tertentu
-          Membuat sendiri secara manual
2.      Film bingkai / slide adalah film transparan yang umumnya berukuran 35 mm dan diberi bingkai 2X2 inci. Dalam satu paket berisi beberapa film bingkai yang terpisah satu sama lain. Manfaat film bingkai hampir sama dengan transparansi OHP, hanya kualitas visual yang dihasilkan lebih bagus. Sedangkan kelemahannya adalah beaya produksi dan peralatan lebih mahal serta kurang praktis. Untuk menyajikan dibutuhkan proyektor slide.
B. MEDIA AUDIO
1.      Radio
            Radio merupakan perlengkapan elektronik yang dapat digunakan untuk mendengarkan berita yang bagus dan aktual, dapat mengetahui beberapa kejadian dan peristiwa-peristiwa penting dan baru, masalah-masalah kehidupan dan sebagainya. Radio dapat digunakan sebagai media pembelajaran yang cukup efektif.
2.      Kaset-audio
            Yang dibahas disini khusus kaset audio yang sering digunakan di sekolah. Keuntungannya adalah merupakan media yang ekonomis karena biayapengadaan dan perawatan murah.
C. MEDIA AUDIO-VISUAL
1.      Media video
            Merupakan salah satu jenis media audio visual, selain film. Yang banyak dikembangkan untuk keperluan pembelajaran, biasa dikemas dalam bentuk VCD.
2.  Media computer
            Media ini memiliki semua kelebihan yang dimiliki oleh media lain. Selain mampu menampilkan teks, gerak, suara dan gambar, komputer juga dapat digunakan secara interaktif, bukan hanya searah. Bahkan komputer yang disambung dengan internet dapat memberikan keleluasaan belajar menembus ruang dan waktu serta menyediakan sumber belajar yang hampir tanpa batas.

3. FUNGSI MEDIA PEMBELAJARAN
            Media Pembelajaran Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, bahwa pengetahuan akan semakin abstrak jika hanya disampaikan melalui bahasa verbal. Hal tersebut akan memungkikan terjadinya verbalisme, yakni siswa hanya mengetahui tentang kata tanpa mengetahui dan mengerti makna yang dimiliki kata tersebut. Selain itu, penyampaian informasi yang hanya melalui bahasa verbal, akan menurunkan gairah siswa dalam menangkap pesan pada saat proses pembelajaran. Padahal untuk memahami sesuatu idealnya memerlukan pengalaman langsung yang melibatkan fisik maupun psikis siswa
Pada kenyataannya, memberikan pengalaman langsung pada siswa bukanlah sesuatu yang mudah, karena tidak semua pengalaman dapat langsung dipelajari oleh siswa. Misalnya jika ingin menerangkan kondisi di permukaan bulan, maka tidak mungkin pengalaman tersebut didapat langsung oleh siswa. Oleh karenanya di sini media pembelajaran berperan sangat penting dalam suatu kegiatan belajar mengajar. Guru dapat menggunakan TV, film, atau gambar dalam memberikan informasi pada siswa. Dengan media pembelajaran hal yang bersifat abstrak bisa menjadi lebih konkret.
Secara umum media memiliki beberapa fungsi, diantaranya:
1 .Dapat mengatasi keterbatasan pengalaman yang dimiliki oleh para siswa. Pengalaman tiap siswa berbeda-beda, tergantung dari faktor-faktor yang menentukan kekayaan pengalaman anak, seperti ketersediaan buku, kesempatan berwisata, dan sebagainya. Hal tersebut bisa diatasi dengan media pembelajaran. Jika siswa tidak mungkin dibawa ke obyek langsung yang dipelajari, maka obyeknyalah yang dibawa ke siswa.
2 . Dapat melampaui batasan ruang kelas. Banyak hal yang tidak mungkin dialami secara langsung di dalam kelas oleh para siswa tentang suatu obyek, yang disebabkan, karena:
(a) obyek terlalu besar;
(b) obyek terlalu kecil;
(c) obyek yang bergerak terlalu lambat;
(d) obyek yang bergerak terlalu cepat;
(e) obyek yang terlalu kompleks;
(f) obyek yang bunyinya terlalu halus;
3 . Memungkinkan adanya interaksi langsung antara siswa dengan lingkungannya.
4 . Menghasilkan keseragaman pengamatan
5 . Menanamkan konsep dasar yang benar, konkrit, dan realistis.
6. Membangkitkan keinginan dan minat baru.
7.Membangkitkan motivasi dan merangsang anak untuk belajar.
8.Memberikan pengalaman yang menyeluruh dari yang konkrit sampai dengan abstrak
4. KRITERIA PEMILIHAN MEDIA DAN SUMBER BELAJAR
            Kriteria yang paling utama dalam pemilihan media adalah bahwa media adalah harus dengan tujuan pembelajaran atau kompetensi yang ingin dicapai. Misalnya bila tujuan atau kompetensi siswa bersifat menghafalkan kata-kata tentunya media audio yang tepat untuk digunakan. Jika tujuan atau kompetensi yang dicapai bersifat memahami isi bacaan maka media cetak yang lebih tepat digunakan. Kalau tujuan pembelajaran bersifat motorik (gerak dan aktivitas), maka media film dan video bisa digunakan. Selain pertimbangan tersebut Sanjaya (2008) mengungkapkan sejumlah pertimbangan lain yang dapat kita gunakan dalam memilih media pembelajaran yang tepat, yakni dengan menggunakan kata ACTION (Access, Cost, Technology, Interactivity, Organization, Novelty).
1.Access,artinya bahwa kemudahan akses menjadi pertimbangan pertama dalam pemilihan media. Apakah media yang diperlukan itu tersedia, mudah dan dapat dimanfaatkan?. Akses juga menyangkut aspek kebijakan, apakah media tersebut diijinkan untuk digunakan?
2.Cost, hal ini menyangkut pertimbangan biaya. Biaya yang dikeluarkan
untuk penggunaan suatu media harus seimbang dengan ma
nfaatnya.
3.Technology, dalam pemilihan media perlu juga dipertimbangkan
ketersediaan teknologiya dan kemudahan dalam penggunaannnya.
4.Interactivity, media yang baik adalah media yang mampu menghadirkan
komunikas
i dua arah atau interaktifitas.
5.Organization, menyangkut pertimbangan dukungan organisasi atau
lembaga dan
bagaimana pengorganisasiannya.
6.Novelty, menyangkut pertimbangan aspek kebaruan dari media yang
dipilih. Media yang lebih baru biasanya lebih menarik dan lebih baik.
Kriteria diatas mungkin juga berlaku untuk mempertimbangkan pemilihan sumber belajar. Sudrajat (2008) lebih lanjut mengemukakan lima kriteria dalam p
emilihan sumber belajar, yaitu:
1.Ekonomis, sumber belajar yang digunakan tidak harus terpatok pada
harga yang mahal.
2.Praktis, sumber belajar yang dipilih tidak memerlukan pengelolaan yang
rumit, sulit dan langka.
3.Mudah, sumber belajar harus dekat dan tersedia di sekitar lingkungan
kita.
4.Fleksibel, artinya sumber belajar dapat dimanfaatkan untuk berbagai
tujuan instruks
ional
5.Sesuai dengan tujuan, sumber belajar harus dapat mendukung proses dan pencapaian tujuan belajar, dapat membangkitkan motivasi dan minat
belajar siswa.
5.   LANGKAH-LANGKAH PENYIAPAN MEDIA AKIDAH AKHLAK DI MI

            Jenis-jenis media pembelajaran yang cocok digunakan pada pembelajaran aqidah di MI menurut penulis adalah media cetak seperti buku pelajaran, modul, brosur, leaflet,kartun,komik gambar,media audio seperti CD, tape recorder kaset, media audio visual seperti film, video, televisi, komputer. Permainan (game), manusia dan lingkungan. Agar penggunaan lingkungan sebagai sumber belajar berhasil dengan baik, perlu dilakukan langkah-langkah: perencanaan, pelaksanaan, dan tindak lanjut. Dalam langkah- langkah tersebut, guru dan siswa terlibat aktif sehingga kegiatan pemanfaatan lingkungan tersebut menjadi tanggung jawab bersama.
Media mana yang akan digunakan tergantung kepada tujuan yang ingin dicapai, sifat bahan ajar, ketersediaan media tersebut, dan juga kemampuan guru dalam menggunakannya. Kriteria yang paling utama dalam pemilihan media bahwa media harus disesuaikan dengan tujuan pembelajaran atau kompetensi yang ingin dicapai. Contoh : bila tujuan atau kompetensi peserta didik bersifat menghafalkan kata-kata tentunya media audio yang tepat untuk digunakan. Jika tujuan atau kompetensi yang dicapai bersifat memahami isi bacaan maka media cetak yang lebih tepat digunakan. Kalau tujuan pembelajaran bersifat motorik (gerak dan aktivitas), maka media film dan video bisa digunakan. Di samping itu, terdapat kriteria lainnya yang bersifat melengkapi (komplementer), seperti: biaya, ketepatgunaan; keadaan peserta didik; ketersediaan; dan mutu teknis.
Langkah- langkah penyiapan media pembelajaran aqidah di MI adalah sebagai berikut:
 Pemilihan media harus disesuaikan dengan tujuan pembelajaran atau kompetensi yang ingin dicapaiPemilihan media harus disesuaikan dengan biaya yang sesuai dengan kondisi keuangan sekolah
Pemilihan media harus sesuai dengan ketepatgunaan (dalam penggunaan media harus efektif dan efisien )
Pemilihan media harus disesuikan dengan keadaan peserta didik (arakteristik siswa) menarik perhatian, adanya penonjolan/penekanan (misalnya dengan warna), direncanakan dengan baik, serta memungkinkan siswa lebih aktif belajar.
 Pemilihan media harus sesuai dengan media yang tersedia disekolah atau guru bisa membawa langsung media yang dimiliki dan guru mampu menggunakan media tersebut  Dalam
penggunaan media memerlukan langkah langkah seperti perencanaan (pemilihan media yang sesuai), pelaksanaan (pemakaian media), tindak lanjut (setelah melaksanakan media tersebut apa pengaruhnya terhadap perilaku siswa)


6
. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN MEDIA PEMBELAJARAN
            Meskipun dalam penggunaannya jenis-jenis teknologi dan media sangat dibutuhkan guru dan siswa dalam membantu kegiatan pembelajaran, namun secar`umu terdapat beberapa kelebihan dan kelemahan dalam penggunaannya. Diantara kelebihan atau kegunaan media pembelajaran yaitu:
1.Memperjelas penyajian pesanagar tidak terlalu bersifat verbalistis( dalam bentuk kata-kata, tertulis atau lisan belaka)
2.Mengatasi perbatasan ruang, waktu dan daya indera, seperti:
a.Objek yang terlalu besar digantikan dengan realitas, gambar, filmbingkai, film atau model
b.Obyek yang kecil dibantu dengan proyektor micro, film bingkai, film atau gambar
c.Gerak yang terlalu lambat atau terlalu cepat dapat dibantu dengan tame lapse atau high speed photografi
d.Kejadian atau peristiwa yang terjadi masa lalu bisa ditampilkan lagi lewat rekaman film,video, film bingkai, foto maupun secara verbal
e.Obyek yang terlalu kompleks (mesin-mesin) dapat disajikan dengan model, diagram, dll
f.Konsep yang terlalu luas (gunung ber api, gempa bumi, iklim dll) dapat di visualkan dalam bentuk film,film bingkai, gambar,dll.
3.Dengan menggunakan media pendidikan secara tepat dan bervariasi sifat pasif anak didik dapat diatasi. Dalam hal ini media pembelajaran berguna untuk:
a.Menimbulkan kegairahan belajar
b.Memungkinkan interaksi yang lebih langsung antara anak didik dengan lingkungan dan kenyataan
c.Memungkinkan anak didik belajar sendiri-sendiri sesuai kemampuan dan minat masing-masing.
4.Dengan sifat yang unik pada tiapsiswa ditambah lagi dengan lingkungan dan pengalaman yang berbeda, sedangkan kurikulum dan materi pendidikan ditentukan sama untuk setiap siswa,maka guru akan mengalami kesulitan. Semuanya itu harus diatasi sendiri. Apalagi bila latar belakang guru dan siswa juga berbeda. Masalah ini juga bisa diatasi dengan media yang berbeda dengan kemempuan dalam:
a.Memberikan perangsang yang sama
b.Mempersamakan pengalaman
c.Menimbulkan persepsi yang sama.
Ada beberapa kelemahan sehubungan dengan gerakan pengajaran visual anatar lain terlalu menekankan bahan-bahan visualnya sendiri dengan tidak menghirukan kegiatan-kegiatan lain yang berhubungan dengan desain,pengembangan,produksi, evaluasi, dan pengelolaan bahan-bahan visual. Disamping itu juga bahan visual dipandang sebagai alat bantu semata bagi guru dalam proses pembelajaran sehingga keterpaduan antara bahan pelajaran dan alat bantu tersebut diabaikan.

Kelemahan audio visual:terlalu menekankan pada penguasaan materi dari pada proses pengembangannya dan tetap memandang materi audio visual sebagai alat Bantu guru dalam proses pembel
ajaran. Media yang beoriantsi







BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Dengan memperhatikan definisi yang dikemukakan di atas dapat disimpulkan bahwa yang di maksud dengan media pembelajaran secara umum adalah segala alat pengajaran yang digunakan untuk untuk membantu guru dalam menyampaikan materi pelajaran kepada siswa dalam proses belajar mengajar sehingga memudahkan pencapaian tujuan tujuan pembelajaran yang sudah dirumuskan.
Media pembelajaran di sekolah digunakan dengan tujuan antara lain sebagai berikut :
1 . Memberikan kemudahan kepada peserta didik untuk lebih memahami konsep, prinsip, dan ketrampilan tertentu dengan menggunakan media yang paling tepat menurut sifat bahan ajar.
2 . Memberikan pengalaman belajar yang berbeda dan bervariasi sehingga lebih merangsang minat dan motivasi peserta didik untuk belajar.
3 . Menumbuhkan sikap dan ketrampilan tertentu dalam teknologi karena peserta didik tertarik untuk menggunakan atau mengoperasikan media tertentu.
4 . Menciptakan situasi belajar yang tidak dapat dilupakan peserta didik.
5 . Memperjelas informasi atau pesan pembelajaran.
6 . Meningkatkan kualitas belajar mengajar.
Dalam menggunakan media pembelajaran yang di kelas seorang guru harus memahami dengan baik prinsip-prinsip pemilihan media pembelajaran :
1) Memilih media harus berdasarkan tujuan pengajaran yang akan disampaikan.
2) Memilih media harus disesuaikan dengan tingkat perkembangan peserta didik.
3) Memilih media harus disesuaikan dengan kemampuan guru baik dalam
pengadaannya maupun peng
gunaannya.
4) Memilih media harus disesuaikan dengan waktu , tempat, dan situasi yang tepat.Memilih media harus memahami kerakteristik dari media itu sendiri
B . SARAN DAN KRITIK

            Dengan adanya media sebagai sumber pembelajaran, perlu adanya suatu penyuluhan yang diberikan kepada semua personel pendidikan/pembelajaran yang apabila hal ini terpenuhi akan terlahirnya generasi yang maju. Oleh karena itu, kami penulis membuat makalah ini agar semua pihak dapat memanfaatkan media sebagai sumber pambelajaran.

            Saran untuk semua pihak, memanfaatkan media ini sebaik-baik nya untuk membangun bangsa yang tercinta ini.



DAFTAR PUSTAKA
Harjanto.1997, peRencanaa pengajAran, Jakarta: PT Rineka CiptaØ
 Nanna Sudjana dan Ahmad Rivai.2007. Teknologi Pengajaran, Bandung: Sinar Baru Algensindo
 Bahri Djamarah dan Aswan Zain, 2006, Strategi Belajar Mengajar ,Jakarta: PT Rineka Cipta
 Arsad Azhar, 2008, Media Pembelajaran ,Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Ø