About

BTemplates.com

Gambar tema oleh Storman. Diberdayakan oleh Blogger.

Text Widget

Text Widget

Pengikut

Total Tayangan Halaman



Labels


Label

Cari Blog Ini

Popular Posts

Laman

BTemplates.com

Download

Pages - Menu

Rabu, 11 Mei 2016

Training Youth Initiative and Civic Engagement (YICE) By Pamflet and UNESCO @Jakarta




Yuhuhu... sudah lama blog saya mati suri dan akhirnya bisa posting tulisan lagi. Kali ini saya ingin berbagi pengalaman tentang Youth Inniatives and Civic Engagement (yang diadakan oleh PAMFLET, Sekitarkita, dan UNESCO. Nah, jangan kira pamflet itu sejenis kertas selebaran yang dibagi-bagiin buat promosi produk dan jasa ya. Pamflet yang ini beda dan BEYOND!  Pamflet  adalah.... (silahkan lihat gambar di bawah ini) 
                                Sumber gambar: http://pamflet-info.tumblr.com/
Udah jelas kan apa itu Pamflet?  Nah, saya mau ngucapin terima kasih banyak pada sobat Pamflet yang udah memberi saya kesempatan untuk mengikuti pelatihan inisiatif anak muda pada tanggal 15 sampai 19 Februari 2013. Disana, saya jadi dapat  ilmu, teman, dan pengalaman baru. Pelatihannya gratis+makanan bergizi dan lezat+uang Transport taxi dari bandara kelokasi PP + Tiket Pesawat PKU-JKT -  JKT - PKU PP+tidur di penginapan galeri 678 Kemang - Jakarta selatan yang nyaman. Mantaaaap! Jangan ngiri lu pade ye.. (heheu)
Rasanya beruntung banget bisa ikut gabung di pelatihan ini. Bayaningin aja, yang ikut pelatihan ini cuma 25 orang yang  disaring dari 1035 pendaftar. Saya merasa senang, terharu biru, tersedu-sedan bisa menjadi salah satu peserta yang terpilih (Maap..lg LEBAY). Nama saya ada diurutan ke 25
                                              Sumber gambar : http://pamflet-info.tumblr.com/
  
However, that is not the main point! Yang paling penting adalah ilmu yang saya dapatkan selama pelatihan ini. YICE berlangsung selama 5 hari di Galeri 678 Kemang dan 1 hari Konsultasi Nasional di Akmani Hotel. Daripada berlama-lama mending langsung aja saya ceritakan ya. Let’s check it out!
Hari Pertama
Hari pertama ini selayaknya malam pertama (ups... emangnya udah pernah ya?). Para peserta masih malu-malu tapi pingin àdiajak kenalan. Setelah sesi perkenalan, diikuti oleh sharing session tentang harapan para peserta selama mengikuti training dan pembuatan peraturan. Lalu, acara YICE dibuka oleh Mr. Michael dan Mr. Charaf dari UNESCO.
Kak Aquino, sebagai Founder-nya Pamflet, mengisi sesi pertama  tentang permasalahan sosial  di sekitar kita. Contohnya, fenomena anak jalanan dan perkosaan perempuan di angkot. Para peserta  berusaha mengidentifikasi akar masalah dan solusi yang ditawarkan untuk mengatasi hal-hal tersebut. Diskusi yang aktif diantara para peserta membuat sesi ini bertambah seru dan hidup. 
Setelah itu, para peserta bermain game strata sosial. Disana, setiap peserta memiliki peran masing-masing. Ada yang jadi wong sugih (orang kaya), wong menengah (orang menengah), dan wong melarat (orang miskin). Apesnya, saya kebagian jadi petani yang punya 4 anak, 1 istri,  1 petak sawah dan uang pas-pasan. Otomatis, saya masuk kategori wong melarat yang berjuang untuk nyari uang (poin). Meski hanya main game, saya agak kesulitan dapat uang karena sudah dikuasai oleh wong sugih dan wong menengah.
Hehe... meski cuma permainan, tapi ini nampol-nampol (nampar-nampar) pipi kita lo saudara-saudara. Betapa kita selama ini sering terkungkung oleh struktur dan sistem yang dibuat oleh pemegang kekuasaan. Trus kita gak berdaya dan seringkali nurut saja.  Padahal hal ini sangat merugikan kita semua.
“Oleh karena itu, gerakan sosial sangat diperlukan untuk mengubah struktur sosial di masyarakat”, kata kak Aquino.
Setelah game ini selesai, ada presentasi dari setiap grup. Para peserta berusaha mengidentifikasi mengapa orang kaya tetap kaya, orang misin tetap miskin, apa akar masalahnya, dan solusinya. Banyak refleksi dan hikmah yang saya dapatkan dari game ini. Contohnya, kenapa orang miskin gak bisa menambah penghasilan mereka. Ya mungkin karena harus menghidupi banyak anak dan kurang berusaha.
Lanjuuut.... sesi kedua oleh Pak Charaf dan Pak Michael dari UNESCO. Mereka ingin mendengarkan dari para peserta YICE tentang apa yang diinginginkan oleh Bangsa  Indonesia setelah tahun 2015. Hal ini dalam rangka evaluasi Millenium Development Goals yang biasa disingkat MDGs. Oh ya, sebelumnya sudah tahu tentang MDGs apa belum, ya? Well, MDGs yaitu gol yang ingin dicapai oleh UNESCO sebelum tahun 2015. Contohnya Pendidikan untuk semua, konservasi lingkungan,kesehatan ibu dan bayi, kesetaraan jender, dan masih banyak lagi. 
“We want to know what goverment has done, what hasn’t done, what should be done “ said Pak Michael.
(Kita pingin tahu apa yang sudah dilakukan pemerintah, apa yang belum, dan apa yang harus dilakukan?, kata Pak Michael)
Pada intinya, mereka pingin tahu dari para peserta tentang kemajuan yang telah diperoleh, evaluasi, dan konsultasi tentang MDGs. Mereka bertanya tentang apa saja yang ingin dicapai oleh orang Indonesia di masa mendatang. Diskusi dengan Pak Charaf dan Pak Michael lumayan menyenangkan, tapi aksen Bahasa Inggrisnya agak susah saya ikuti. Hehe, tapi tetep ngerti dikit-dikit koq. Eh enggak lumayan banyak deng..  (Apa sih ema... galau baget deh...).
Setelah pembahasan tentang MDGs, para peserta diberi arahan bagaimana membuat rencana aksi (action plan). Pada intinya membuat rencana aksi harus mengacu pada kebutuhan masyarakat, terstruktur, fokus dan berdasarkan RISET. Jadi, rencana aksi kita gak sia-sia, tepat sasaran, dan memberikan impact pada masayarakat. Ngebuat rencana aksi gak bisa sembarangan bro.. sis.. Karena ada rumusnya yaitu ; SMART. Spesific (spesifik), Measurable (dapat diukur), Achieveble ( dapat diraih), Realistic (realistis), dan Timebound (ada tenggang waktunya).
Woosahh... buat rencana aksi menurut saya lumayan ribet tapi tetep fun. Karena ada banyak hal yang harus dipertimbangkan. Rencana aksi haruslah dimulai dari identifikasi masalah sosial yang terjadi, struktur, akar masalah, agensi utama, interaksi agensi, dan solusi. Nah loh.. nah loh.. ngerti gak loe? Hehe..
Hari pertama dijalani dengan lancar, lalu diakhiri dengan sesi “Kepemudaan dalam Sejarah Indonesia” oleh kak Aria W. Yudhistira. Ya, inti dari sesi ini yaitu pemuda sebagai agen perubahan di tiap zaman.  Coba kita flashback lagi dalam sejarah Boedi Oetomo, Sumpah Pemuda, Pemuda Orde Baru, dan Pemuda tahun ’45 yang revolusioner dan penuh vitalitas. Betapa mereka sangat gigih dan kekeuh dalam zaman penjajahan yang serba susah.
“Ciri khas pemuda tahun ‘20 itu suka berdebat dan membaca. Mereka kalau debat bisa 3 hari 3 malam. Kalau kalah debat, pulang lagi ke rumah untuk baca lebih banyak buku,” kata Kak Aria
Ce’ileh... kalau saya  baca buku 1 lembar saja kadang sudah ngantuk, apalagi kalau gak ada gambarnya. Haha. Setelah itu, Kak Aria membahas tentang kondisi pemuda ’45, pemuda pada masa orde baru, dan perbedaan definisi remaja, alay, dan pemuda. Nah... sesi ini yang agak mengundang tanya dan perdebatan. Tapi tetap seru dan penuh khasanah ilmu. Acara hari pertama berakhir dengan sukses dan lumayan capek. 
  Bersama Kak Aria (tengah atas), Sobat Pamflet, dan teman-teman
                                                   Sumber  foto : Imam FR Kusumanginati
Hari Kedua
Seperti biasa, acara dimulai dengan ice breaking dan refleksi hari pertama. Sesi ini lumayan seru dan melepas penat saya di pagi hari sehingga lebih bersemangat untuk mengikuti YICE  di hari kedua ini. Sesi pertama dimulai oleh sesi Aktivisme. Disini setiap peserta dapat berbagi semu hal yang mereka lakukan untuk perubahan sosial. Salah satunya si Donie, dari Bali, dengan komunitas Anak Alam. Komunitas ini fokus kepada pendidikan anak-anak sekolah di desa-desa terpencil di Bali. Mereka berusaha menularkan kesadaran untuk berbagi  dan memperjuangkan kesetaraaan fasilitas pendidikan di desa terpencil.
Ada lagi, mbak siapa ya namanya... (maap lupa). Dia menceritakan tentang perjuangannya dan organisasinya dalam memutus “lingkaran setan” di daerahnya. Banyak ibu-ibu di daerahnya pergi mencari nafkah di negeri orang (TKW), para suami hanya diam di rumah dan bertumpu pada hasil panen, dan anak-anak mereka dititipkan pada neneknya. Hal ini terjadi berulang-ulang dari generasi ke generasi. Saya yang mendengar hanya bisa mengelus dada, semoga perjuangan mbak membuahkan hasil ya. Pokoknya, sharing dengan para peserta sangat menyentuh dan penuh dengan unsur “perjuangan” dan “pengorbanan”. Hiks..hiks.. 
Oh ya, selain nangis bombay,  ada yang spesial di hari kedua ini lo... yaitu game unik yang sampai sekarang saya selalu terpingkal-pingkal kalau mengingatnya. Game-nya ada dua; yaitu “ mengambil coklat “ dan “ labelling “. 
Game yang pertama yaitu “mengambil coklat”. Peserta dibagi dalam beberapa grup. Tugas grup adalah berusaha melindungi coklat yang berada di tengah-tengah mereka. Tantangannya, coklat dari tiap grup akan berusaha diambil oleh satu orang dari luar grup mereka. Alhasil, banyak coklat yang terambil dengan cara merampas, bukan meminta dengan baik-baik. Refleksi dari game ini, terkadang kita lemah dalam melindungi kekayaan alam kita, sementara orang-orang dari luar selalu berusaha merebutnya dengan cara yang illegal.
Game yang kedua yaitu labelling. Setiap peserta ditempel beberapa tulisan di dahi mereka, tetapi mereka tidak boleh tahu tulisan apa yang tertempel disana. Setiap peserta harus mencari tahu siapa mereka melalui penjelasan dari peserta lainnya. Yah... saya heran ketika peserta lain melihat tulisan yang ada di dahi saya, mereka tertawa terpingkal-pingkal. Saya bertanya pada mereka.. siapa saya? Lagi-lagi mereka hanya tertawa dan tidak bisa menjelaskan tulisan apa yang ada di dahi saya. 
Karena tidak sabar dan kepo, saya langsung saja membaca tulisan di dahi saya. Alhasil, tulisan yang tertempel di dahi saya adalah “Orang Cabul”. Saya tertawa sendiri dan bisa menyimpulkan ketika teman saya berinisial “R” memberi penjelasan dengan gaya “ push” ke depan dan belakang. Refleksi dari game ini, jangan suka melabeli seseorang dengan hal-hal negatif seperti stereotype (menganggap negatif orang dari suku atau etnis tertentu) dan prejudice (buruk sangka) karena hal-hal tersebut dapat memicu disintegrasi bangsa.
Setelah game seru ini selesai, sesi selanjutnya adalah Resouce Mobilization oleh Bapak Eko Komara. Beliau membahas tentang sumber daya apa saja yang dapat dimaksimalkan untuk memaksimalkan inisiatif anak muda.Sumber daya  tersebut dapat berupa manusia dan barang. Kalau manusia, sumber dayanya adalah kemampuan, pengetahuan, dan konsep yang mereka miliki. Tapi kalau barang, bisa berupa uang, informasi, benda material, dan energi. 
Dari penjelasan beliau, saya mendapatkan banyak pengetahuan baru tentang apa itu BCO, NGO, LSM, community Foundation, dll. Beliau memberikan wejangan tentang pentingnya membangun organisasi yang membuat para anggotanya bangga. Jangan membentuk organisasi yang orientasinya uang dan cenderung terburu-buru untuk ekspansi tanpa menguatkan bagian dalam tim. Beliau juga mengingatkan tentang pengelolaan voluntir. Seringkali, para voluntir dilupakan dalam struktur organisasi.
“Para voluntir harus  diberi tugas supaya gak pergi, mengelola organisasi itu adalah seni, “ kata Pak Eko.
Setelah sesi dengan Pak Eko selesai, lanjut pembahasan tentang HAM, Gender, dan Diskriminasi oleh kak Aquino. Di sesi ini, Kak Aquino membahas tentang apa itu HAM. Beliau memaparkan bahwa Ham adalah hak yang dimiliki oleh setiap orang akibat kecendrungan baik. Seperti yang kita lihat, manusia cenderung menjaga keberlangsungan hidupnya, menghisap energi lain, selalu rindu untuk tumbuh, dan cenderung menyatu dan memisahkan diri. Kecendrungan manusia itu dapat menjamin pengakuan, penghargaan, dan perlindungan. Pelanggaran HAM hanya terjadi hubungannya antara negara dan warga negara. 
Sesi pembahasan HAM diakhiri dengan kompetisi debat oleh 3 kelompok berbeda. Mereka harus memilih beberapa hak asasi yang telah ditempel di papan. Hak asasi disini contohnya hak untuk berekspresi, hak untuk bebas dari hukuman mati, hak mendapatkan pendidikan hingga minimal SMA, dll. Menurut saya, sesi terakhir ini adalah yang paling seru, karena grup saya mampu mempertahankan hak-hak asasi yang telah dipilih dan menjawab semua pertanyaan dengan logis. Alhasil, grup 3 menjadi pemenangnya...  yeah!!
Hari Ketiga
Hari ketiga gak kalah seru... peserta YICE dan panitia bersiap untuk ke Sanggar Anak Akar di daerah dekat Cawang. Saat masuk ke sanggar Anak Akar ini, kami disambut oleh tarian Saman. Jujur, saya sangat terpukau oleh kreativitas Sanggar Anak Akar. Mereka sangat lihai dalam menyanyi dan menari. Setelah menikmati penampilan dari mereka, para peserta YICE dan panitia bersiap ke lantai atas. Disana, kami semua dapat bertanya apapun mengenai  Sanggar Anak Akar. 
FYI, Sanggar Anak Akar  adalah wadah untuk menampung kreativitas anak jalanan. Sudah menampung sekitar 200 anak dan 30 lainnya diasramakan. Disini, setiap anak dibekali hard skill dan soft skill. Perkembangan dan kelanjutan setiap anak selalu dipantau dan tidak dilepas begitu saja setelah keluar dari Sanggar Anak Akar.  Sayangnya, sanggar ini akan digusur untuk pembangunan tol Cawang. Oleh karena itu, mereka melakukan fund raising berupa pertunjukan drama musikal supaya bisa membeli sebidang tanah sebagai tempat yang baru.

                                                  Kunjungan ke Sanggar Anak Akar
                                                       Sumber foto : Afra Suci
Sharing session dan tanya jawab dengan para pengurus Sanggar Anak Akar sudah selesai, lalu geng 678 turun ke lantai bawah lagi untuk melihat drama musikal yang dilakukan oleh Sanggar Anak Akar. Wow... mereka sangat memukau. Mereka berakting, menari, dan menyanyi dipadu dengan dentuman musik yang harmonis. Setelah pertenjukan selesai, para penonton  memberikan tepuk tangan . Yup,  ada sedikit tanya jawab langsung ke anak-anak Sanggar. Setelah tanya jawab selelsai, para peserta YICE  pamit pulang untuk kembali ke galeri 678 Kemang.
Sesampainya di galeri 678, para peserta menikmati coffee break dan dilanjutkan pembahasan tentang social media oleh Pak Donny . Beliau  memiliki organisasi bernama “Internet  Sehat” dengan taglineWise While Online, Think Before Posting “ (bijak saat online, pikir dulu sebelum posting). Pak Donny juga memberikan info-info mengenai  riset seputar internet di Indonesia. Bayangkan saja, ada 61,1 juta pengguna internet di Indonesia dan 3,7 juta bloggers. Hal ini tentunya sangat bagus untuk memperkuat jaringan dan memulai gerakan perubahan sosial melalui internet.
Lanjut  mbak Maryam yang menjelaskan tentang advokasi kebijakan. (ada yang tahu apa itu Advokasi Kebijakan? hehe) Advokasi Kebijakan adalah perlawanan terhadap suatu kebijakan secara sistematis dan terorganisir. Jadi, kalau ada kebijakan pemerintah yang dirasa kurang bijak, rakyat bisa mengajukan advokasi kebijakan. Tapi advokasi kebijakan gak bisa selonong boy aja. Ada langkah-langkahnya, strategi dan medianya. Langkah-langkah proses legislasi kebijakan ada step-stepnya yaitu: proses legislasi perencanaan-penyusunan-pembahasan dan pengesahan-pengundangan-penyebarluasan.
Hmm... Hari ketiga telah dilalui dengan lancar, banyak hal baru yang membuka wawasan saya. Mulai dari kunjungan ke Sanggar Anak Akar, Internet sehat oleh Pak Donny, hingga advokasi kebijakan yang dibawakan oleh Bu Maryam. Semoga ilmu yang saya dapatkan memberikan manfaat dan bisa saya aplikasikan di kehidupan sehari-hari.
Hari Keempat
Yeah... di hari yang keempat ini,  ada konsultasi nasional yang digelar di Akmani Hotel, Jakarta. Saya, Aziz, Elin, dan Fidia bersama geng 678 lainnya bersiap-siap untuk  menuju ke tempat tujuan. Sayangnya, jalanan sempat macet dan membuat saya dan kawan-kawan setaksi agak keki. Heheu. Tak apelah.. latihan sabar itu namanya. Akhirnya, setelah hampir 2,5 jam di jalanan, kami sampai dan bersiap menuju ke ruang pertemuan.
Di ruang pertemuan ini, banyak wakil-wakil dari organisasi pemuda, UNESCO, UNFPA, dan dari pemerintahan yang hadir. Disana dibahas tentang partisipasi anak muda dalam mekanisme pemerintahan. Sudah bukan saatnya lagi, pemuda dianggap sebagai masalah oleh pemerintah. Sebaliknya,pemuda adalah aset negara yang dapat diberdayakan sebagai promotor bagi perubahan sosial.
Dalam forum tersebut, sobat pamflet juga menyampaikan hasil penelitian mereka tentang organisasi pemuda yang ada di Indonesia. Mereka melihat bahwa pemerintah masih belum bisa memenuhi kebutuhan yang diperlukan oleh pemuda di Indonesia. Masalah utama terletak dari hal-hal yang hanya didasarkan oleh asumsi sepihak. Selain itu, dukungan pemerintah terhadap anak muda masih dirasa kurang. Terlebih lagi berkembangnya apatisme dalam ranah politik di kalangan pemuda Indonesia.
Sobat Pamflet juga memaparakan tentang kondisi anak muda yang ada di Papua. Organisasi anak muda di Papua masih berbasis agama dan politik dan sulit untuk berkolaborasi. Jumlah penerita HIV AIDS masih tinggi dan banyak yang tidak melanjutkan pendidikan. Kurangnya inisiatif dari pemuda di Papua juga amat minim, sehingga perkembangan anak muda di Papua kurang terlihat secara signifikan.
Selama  mendengarkan riset dari sobat Pamflet, saya merasa bahwa penelitian mereka sangat merefleksikan kondisi anak muda yang ada di Indonesia dan patut menjadi acuan pemerintah untuk membuat undng-undang kepemudaan. Selain konsultasi nasional, para peserta juga terlibat aktif dalam sesi Focus Group Discussion. Dalam sesi FGD, para peserta diminta untuk mengidentifikasi  masalah sosial yang terjadi di masyarakat,  penyebab terjadinya, serta solusi yang ditawarkan. Hasil dari pertemuan  di forum ini akan dilaporkan dalam pertemuan para stakeholders di Bali.
Di akhir sesi acara, para peserta juga menyempatkan untuk berfoto ria bersama dengan teman-teman yang lainnya.
 
                                                          National Meeting at Akmani Hotel
                                                Sumber gambar : Diba Saftri
Hari Kelima
Hari kelima berarti hari terakhir dari rangkaian acra YICE. Seluruh peserta harus mempresentasikan rencana aksi mereka pada pihak UNESCO dan sobat Pamflet. Segera saja, saya memaparkan rencana aksi saya pada mbak Afra dan mbak Raviola dari Pamflet serta Pak Charaf, Pak Richard, dan In Young dari UNESCO. Mereka memberikan masukan dan saran untuk rencana aksi saya.
Oh ya, ada satu lagi yang berkesan di hari terakhir ini. Setiap peserta dapat menempelkan pesan dan kesan pada peserta yang lainnya. Nah.. ini dia pesan dan kesan dari teman-teman untuk saya..
                                                        Sumber foto: Aquino Hayunta
Alhamdulillah.. acara demi acara YICE telah saya lalui dengan lancar. Sebelum pulang ,saya menyempatkan diri untuk berpamitan dengan peserta lainnya. Meski badan terasa pegal, tapi semua itu terbayarkan dengan pengalaman yang saya dapatkan di YICE ini.
RT : Ema Julian

1 on: "Training Youth Initiative and Civic Engagement (YICE) By Pamflet and UNESCO @Jakarta"
  1. Bally's Las Vegas | Hotel Deals & Reviews - KTNV
    Find the best deal 충청북도 출장안마 for Bally's Las Vegas, NV in Las Vegas starting at 파주 출장샵 $159. Save up to 60% off with our Hot Rate deals 충청북도 출장샵 when booking a last 서귀포 출장마사지 minute room. Rating: 3.9 · ‎11 김해 출장샵 reviews

    BalasHapus